IAIN Surakarta yang disahkan melalui
Peraturan Presiden No. 1 Tahun 2011 merupakan hasil alih status dari
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Surakarta. Selanjutnya, STAIN
Surakarta yang berdiri sejak 30 Juni 1997 (25 Safar 1418 H) awalnya berasal dari IAIN Walisongo di Surakarta yang berdiri pada 12 September 1992.
Berdirinya IAIN Walisongo di Surakarta
ini merupakan gagasan H. Munawir Sadzali, MA.—yang waktu itu menjabat
sebagai Menteri Agama Republik Indonesia— sebagai pilot project untuk memperbaiki mutu IAIN yang sudah ada dan dianggap belum ideal serta masih banyak memerlukan pembenahan.
Harapan H. Munawir Sadzali, MA waktu itu
adalah agar IAIN Walisongo di Surakarta mampu menampilkan diri sebagai
IAIN unggulan yang mencetak para lulusan berdaya saing tinggi dan
memiliki prestasi-prestasi akademik yang diakui oleh lembaga-lembaga
yang kredibel. Itulah sebabnya, input mahasiswa IAIN Walisongo di
Surakarta berasal dari para lulusan MANPK (Madrasah Aliyah Negeri
Program Khusus dari seluruh Indonesia) sebuah input mahasiswa yang
sangat unggul dan pilihan serta diharapkan menjadi pilot project.
Namun selama lebih kurang 5 tahun IAIN
Walisongo di Surakarta berjalan, pada 30 Juni 1997 melalui kebijakan
Menteri Agama yang baru waktu itu, Drs. Malik Fadjar, M.Sc. IAIN
Walisongo di Surakarta ini diubah menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri (STAIN) Surakarta. Kebijakan ini juga menetapkan seluruh fakultas
filial (fakultas daerah) seperti Fakultas Syari’ah di
Pekalongan dan Fakultas Ushuludin di Kudus yang tadinya telah direlokasi
ke Surakarta menjadi STAIN Pekalongan dan STAIN Kudus.
Nampaknya, kebijakan Menteri Agama
tentang pendirian fakultas-fakultas daerah menjadi STAIN, terutama
sekali STAIN Surakarta, memberikan semacam blessing in disguise (berkah tersembunyi). Melalui kerja keras dan usaha terus-menerus ke arah peningkatan mutu akademik selama 13 tahun.
Akhirnya pada 3 Januari 2011 STAIN
Surakarta bertransformasi menjadi IAIN Surakarta dengan tiga fakultas,
yakni: Fakultas Ushuludin dan Dakwah, Fakultas Syari’ah dan Ekonomi
Islam, serta Fakultas Tarbiyah dan Bahasa. Peralihan ini, sungguh
merupakan suatu kebahagiaan dan kebanggaan bagi seluruh civitas
akademika dan seluruh masyarakat Islam di Surakarta. Kebanggaan makin
bertambah ketika pada 28 Juli 2011 IAIN Surakarta diresmikan oleh
Menteri Agama Drs. H. Suryadharma Ali, M.Si sekaligus pelantikan Rektor
yang pertama tanpa hambatan apapun. Dengan demikian, peralihan ini
merupakan amanah yang harus diemban dengan penuh tanggung jawab dan
harus terus dijadikan moment of truth bagi IAIN Surakarta untuk memerankan diri sebagai agent of Islamization dan agent of social change.
Selanjutnya, dengan statusnya yang baru
IAIN Surakarta yang memiliki potensi-potensi di antaranya: potensi
sejarah (memiliki sejarah panjang peradaban Jawa), letak geografis
(terletak di segi tiga emas: Yogyakarta-Semarang/Salatiga-Surabaya
ditambah tersedianya Bandar Udara Internasional Adisumarmo), dan
sumber-sumber daya manusia yang melimpah (karena berdekatan dengan
lembaga-lembaga perguruan tinggi di sekitarnya), maka pengembangannya ke
depan sangat dimungkinkan dan memiliki peluang terbuka. Argumen ini
ditunjukkan melalui catatan atau data lulusan yang sejak berdirinya pada
12 September 1992 hingga 2014 lembaga ini telah meluluskan lebih kurang
10.000 mahasiswa.
Data yang lainnya juga dapat disebutkan
oleh fakta bahwa dari tahun ke tahun animo mahasiswa yang memilih studi
di IAIN Surakarta terus meningkat.
source : http://www.iain-surakarta.ac.id/?page_id=628
0 komentar:
Posting Komentar